Nilkaz.com, Jakarta – Beberapa hari terakhir publik dihebohkan dengan adanya dugaan penyelewengan dana pembuatan gelang haji atau gelang identitas.
Seperti yang ditampilkan dalam kanal YouTube DPR RI, gelang haji yang dibuat di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah ini dianggarkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) sebesar Rp35 ribu per paketnya.
Namun jumlah tersebut dinilai janggal oleh anggota DPR RI Fraksi Gerindra Abdul Wachid. Kata dia, berdasarkan keterangan dari produsen gelang haji di kampung halamannya, harga gelang haji sebesar Rp5 ribu, bukan Rp35 ribu.
“Saya ini orang Jepara, dari dulu sampai sekarang yang bikin gelang haji itu orang Jepara, kampung saya. Saya sudah undang mereka dan saya tanya, berapa biaya gelang haji, mereka jawab dikasih harga Rp5 ribu,” kata Abdul Wachid saat rapat dengar antara Komisi VIII DPR RI dan Kemenag di Gedung Senayan, pada Rabu 8 Februari 2023.
Lebih lanjut, Abdul Wachid juga mengatakan Pemerintah Arab Saudi memberikan kuota haji sebanyak 221.000 orang untuk Indonesia di tahun 2023. Menurut hitungannya, jika harga gelang haji sebesar Rp35 ribu per orang, maka biaya gelang haji bisa mencapai Rp7 milyar. Sementara, jika harga gelangnya hanya Rp5 ribu, maka seharusnya biaya yang dianggarkan hanya sekitar Rp1 miliar.
Mengutip dari merdeka.com, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menuturkan, gelang tersebut memiliki informasi berupa nomor paspor jemaah dan informasi lain. Ada biaya lebih untuk pencetakan, bukan hanya biaya pembuatan gelangnya saja.
“Jika gelang yang diproduksi dari home industry itu harga pokoknya Rp5 ribu, masih dalam bentuk gelang tanpa informasi apapun, lalu memasukkan informasi ke dalam gelang tersebut biayanya dari mana, menyampaikan ke jemaah pakai apa, berbiaya enggak itu,” ungkap Yaqut Cholil Qoumas.
Untuk diketahui, gelang haji atau gelang identitas mulai dikenakan jemaah Indonesia sejak tahun 1995 silam. Penggunaan gelang ini dimaksudkan untuk memudahkan berbagai pihak untuk mengidentifikasi jemaah.
Pasca tragedi kebakaran di Mina Kota Mekkah pada tahun 2015, gelang berbahan logam tersebut mulai dibuat dengan sistem penguncian agar tidak terlepas ketika terjadi hal-hal darurat yang menimpa jemaah.
Reporter: Abing