Oleh: Ahmad Baiquni
Nilkaz.Com, Kendari — Al-Quran adalah kitab suci umat Islam, berupa kalam Allah SWT yang menjadi petunjuk dan pedoman hidup manusia. Seluruh umat muslim tentunya harus pandai membaca Al-Quran dan memahami maknanya agar hidupnya sesuai dengan petunjuk yang diberikan Allah SWT.
Sebagaimana kita tahu, bahwa Quran adalah argumentasi rasional dari Tuhan dan tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi manusia, sebagai umat yang percaya akan tuhan maka kita juga harus membaca firmannya, tak hanya membaca tapi juga menghayatinya dipahami, dihayati, dan direnungkan, sehingga tak hanya sekedar mengetahui tapi juga masuk kedalam hati.
Firmannya, direnungkan juga maknanya baik itu tersirat maupun tersurat, baik makna tekstual ataupun kontekstual sehingga kandungannya bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita kadang melupakan dan mungkin tidak tahu bahwa pesan Tuhan adalah pesan yang menyangkut masalah keilmuan yang dalam terminologi ulumul quran biasa kita sebut ayat kauniyah.
Penafsiran yang beragam sehingga terjadi banyak perspektif penafsiran, di masa para sahabat yang paling mengetahui ayat itu turun dan lebih mengetahui isi kandungan Al Quran tidak pernah berpendapat bahwa Quran mencakup sains modern atau keilmuan yang banyak sekarang.
Sehingga banyak dari masa setelahnya takut untuk menafsirkan ayat-ayat Al Quran yang menyangkut fenomena kealaman atau ayat Kauniyah itu sendiri. Dan berakibat selalu menyerahkan arti dan maknanya kepada Allah SWT.
Prediksi dari masa lalu
Kita tahu bahwasanya firman Allah Al Quran ini diturunkan sekirar 1390 tahun yang lalu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril yang diturunkan secara berangsur angsur selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari banyak memiliki fakta yang menarik dan keajaiban misal masih terjaganya jasad firaun, padahal di Surah Yunus ayat 92:
“Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda tanda kekuasaan kami”
Nah setelah ditemukan jasad itu pada tahun 1898, banyak yang meragukan itu benar jasad firaun atau bukan dan setelah dibantah keraguan itu dan membuktikan kebenaran Firman Allah ini, diperiksa lah kebenaran jasad itu di tahun 1975 dan jasad itu masih terjaga hingga detik ini.
Banyak bukti lain misal manusia bisa bereksplorasi ke bulan dan juga membuktikan bulan benar benar terbelah di Surah al Insyiqaq, ada juga ayat di Surah an Nahl yang membuktikan akan adanya kendaraan di masa depan, dan lain lain.
Al Quran ini sudah lama, tapi membahas masa depan. Bahkan tak juga hanya membahas masa depan, tetapi masa lalu, dan semua terbukti di zaman ini.
Kewajiban kita untuk bisa memahami Al Quran pada masa sekarang sama halnya kewajiban para sahabat memahami Quran kala itu berdasar pada konteks sejarahnya.
Artinya kalau para sahabat memahami alquran seperti itu maka kitapun harus memahami alquran disesuaikan dengan perkembangan zaman keilmuan yang terjadi sepeti sekarang ini.
Al Quran merupakan kitab masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang, merupakan sumber kebenaran yang mutlak yang tidak ada keraguan di dalamnya dan menjadi pedoman hidup untuk seluruh umat manusia di alam semesta ini.
Oleh karena itu, di samping Qur’an mampu menyelami masa silam, dan muncul dipermukaan sekarang ini, juga mampu menjangkau masa yang akan datang.
Coba kita buka kembali kitab Allah ini. Ketika kita membacanya mungkin kita bisa membuka tabir ilmu.
Coba kita baca lagi, maka kita bisa menemukan makna baru yang mungkin berbeda dengan makna yang ditemukan ketika membaca pertama kali.
Ini menjelaskan bahwa alquran mengungkapkan berbagai disiplin ilmu, hanya berupa isyarat sepintas yang tak dapat di tangkap, isyarat tersebut tak hanya di dapat dengan membaca nya sekali saja.
Al-Quran dan ilmu pengetahuan ini sejalan, menunjukkan kebenaran teori¬ teori ilmiah.
Pembahasannya diletakkan pada proporsi yang tepat sesuai dengan kemurnian dan kesucian alquran dan sesuai pula dengan logika ilmu pengetahuan itu sendiri.
Misalnya, adakah teori relativitas atau bahasan tentang luar angkasa atau ilmu komputer dan sains lainnya di dalam alquran? Apakah ayat alquran menghalang ilmu pengetahuan itu atau sebaliknya, atau adakah satu ayat alquran yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah itu sendiri ?
Jawabannya jelas sangat banyak, karena bukti empiris nya ilmu pengetahuan itu muncul ketika ilmuwan membaca ayat Tuhan ini. Jadi pastilah ilmu itu bersumber dari al Quran.
Ayat yang pertama turun, Iqro. Artinya membaca, tapi realitas membaca bukan hanya terpaku pada melihat, tetapi termasuk di dalamnya juga harus merenungkan dan tafakkur atau memikirkan terhadap apa yang dibaca.
Membaca sebagai suatu proses pencapaian ilmu pengetahuan. Saya beri contoh lagi salah satu epistemologi sains itu akal sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Dalam banyak ayat, al quran telah menganjurkan umat manusia agar mempergunakan akal dan pikirannya untuk menemukan rahasia rahasia Allah yang ada di alam yang fana ini.
Dengan menggunakan akal dan pikiran ini diharapkan ilmu pengetahuan yang sebelumnya tidak kita ketahui dan masih tersembunyi akan dapat terbuka tabir keilmuannya, yang pada akhirnya dapat kita kembangkan.
Perintah Al-quran untuk mengembangkan ilmu pengetahuan (sains) ini tidak hanya terbatas pada term akal saja, tetapi menggunakan banyak term, misal di antaranya “tadzabbara” atau merenungkan sesuatu yang tersurat dan yang tersirat, “tafakkur” atau berefleksi, berfikir tentang dan menemukan hukum hukum alam, ada juga “faqaha” atau mengerti secara mendalam, “tadzakkara” atau mengingat memperoleh peringatan dan mempelajari, “fahima” atau memahami dalam bentuk pemahaman yang mendalam, “nadzara” atau melihat secara abstrak, dalam arti merenung.
Contoh ayat kauniyah yang saya maksud misalnya di surah al Anbiya ayat 30
أَوَلَمْ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَنَّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَٰهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ ٱلْمَآءِ كُلَّ شَىْءٍ حَىٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Artinya: Dan apakah orang orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
Kalau kita coba memahami atau menafsirkan ayat ini tidaklah mudah. Pemaknaan terhadap ayat ini jika tidak didukung dengan observasi terhadap alam semesta ini, maka akan terasa sulit dan membingungkan. Tidak ada proses yang mudah untuk tujuan yang indah.
Bagaimana menafsirkan pernyataan alquran yang mengatakan bahwa langit dan bumi itu bersatu padu? Orang biasa memahami kata langit sebagai batas ruang yang tampak di atas kepala kita dan melingkupi bumi.
Maka yang membuktikan kebenaran nya adalah sains itu sendiri. Ini sejalan lagi dengan teori Big Bang kan? Nah misal ada lagi ayat di surah as Sajadah ayat 4
ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ ۖ مَا لَكُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَلِىٍّ وَلَا شَفِيعٍ ۚ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ
Artinya: Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari pada Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa’at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
وَٱلسَّمَآءَ بَنَيْنَٰهَا بِأَيْي۟دٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ
Artinya: Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa Surah adz Zariyat ayat 47.
Ayat-ayat Al-Qur’an tadi dan juga ayat ayat lain yang senada, akan terasa sulit dimengerti dan dipahami seandainya tidak kita tahu adanya tanda tanda alam tersebut dari hasil observasi, melalui proses yang panjang dan serius dalam sains. Kecuali, jika Allah mengungkapkan fenomena tersebut secara langsung dalam alquran kepada kita.
Kita tidak boleh asal asalan melakukan observasi, harus dilakukan secara hati hati dan disertai dengan rasa keimanan kepada Allah, maka akan ditemukan keserasian antara ayat ayat Allah yang terdapat dalam alam semesta ini dengan ayat ayat Allah yang terdapat dalam alquran, yang keduanya sama sama berasal dari Tuhan yang Satu, yaitu Allah swt.
Lalu apa maksud dari Past, Present, dan Future. Ini bermakna bahwa Al Quran adalah kitab yang sesuai dengan zaman, kita pahami ayat Al Quran dengan melihat Past nya atau Asbabun Nuzul, Present atau apa kondisi yang terjadi di zaman sekarang, dan Future membahas sampai ranah eskatologi, dan petunjuk bagi seluruh umat manusia.
هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ
Artinya : “Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Surah al Baqarah ayat 185.
Relevansi sekarang
Pemahaman terjadi karena ada background kehidupan, orang berbeda pemahaman terjadi karena perbedaan referensi dan dalil.
Pemahaman itu mengetahui tentang sesuatu dan bisa di lihat dari sudut pandang tertentu. Banyak pemahaman di zaman era digital dan perkembangan teknologi, sehingga informasi kita bisa dapat dari mana saja. Lantas apakah itu semua benar?
Saya melihat isu yang trend saat ini, ada seorang tokoh dan pemimpin sebuah pesantren besar di Indonesia.
Beliau memberikan pemahaman kepada santri atau murid nya sebuah pemahaman dari akal dia sendiri, dari pemikirannya yang biner tanpa melihat sudut pandang lain dari para ulama, dan kitab kitab aqidah.
Pemahaman akan Quraan yang di kreasikan sesuai nafsunya, dan mengatakan bahwa tafsir Quran para ulama sudah tidak relevan lagi di zaman sekarang dengan dalil “itu zaman mereka dan zaman kita berbeda”. Dan Quran harus di rekonstruksi dan rekontekstualisasi lagi di zaman ini.
Kita harus sadar, berapa banyak literasi yang sudah kita konsumsi. Orang yang paling memahami isi dan konten di Quran itu adalah para tabiin, tabiut tabiin, sahabat, karena mereka lah yang tahu pasti apa yang ada di dalam dan konten di Quran, merekalah yang mengkaji secara langsung dari para sahabat yang langsung melihat asbab dari nuzul nya Quran itu seperti apa, bagaimana mereka mengkaji Quran langsung dari Utusan yang membawakan Firman Tuhan.
Sehingga kita tidak perlu mengkreasikan pemahaman terhadap Qur’an.
Kita hidup di zaman sekarang ini mudah, tinggal copy paste pemikiran para ulama dengan melihat karya tulisan besar mereka di kitab tafsir. Jadi cukup keliru ketika dikatakan Qur’an itu harus di rekonstruksi kembali kontennya.
Sejarah itu penting karena cukup banyak hal penting di dalam sejarah. Sesat dan bodohnya suatu kaum karena mereka tidak mengerti informasi yang terjadi di zaman dahulu. Konten di Qur’an 2/3 nya kan kisah. Itu semua bukan hanya untuk dongeng belaka, itukan untuk pelajaran bagi kita.
Makanya kita harus merujuk pemahaman akan Quran itu langsung kepada para ulama tafsir. Merekalah yang mempunyai kapasitas untuk menafsirkan, dan pemahaman itulah yang kita amalkan.
Al Qur’an itu tak usah kita interpretasikan demi kepentingan, kita hanya perlu memahami kehidupan dengan menjadikan Quran sebagai ideologi.
Betapa banyak bukti empiris orang orang yang menjadikan firman Allah ini sebagai landasan berpikir, mereka hidupnya tenang dan bahagia. Karena sudah memahami realitas kehidupan itu dikembalikan kepada Tuhan.
Relevansi Quran di zaman sekarang itu sudah mutlak, tentu saja karena Quran itu sebagai pedoman hidup kita di dunia. Relavan dan tidaknya itu karena personal seseorang yang memahami Quran. Kalau sudah paham pastilah akan relavan.
Penulis: Baiquni Mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Kendari
Editor: Kariadi