Nilkaz.Com, Wakatobi — Rombongan Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kendari dan Konawe, berkunjung ke situs bersejarah yang bernama Benteng Keraton Liya, pada Minggu (27/08/2023).
Tempat tersebut berlokasi di Desa Liya Kecamatan Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Rombongan kader IMM tersebut Berangkat dari pusat kota Kabupaten Wakatobi, dengan menempuh jarak sekitar 10 kilometer ke benteng tersebut.
Setiba di lokasi tersebut, salah satu kader IMM Kendari, Susy Sasmira menuturkan perjalanan saat mamasuki benteng Keraton suasananya luar biasa dan adem. Di daerah ini masyarakat sangat melestarikan budaya-budaya yang ada disini, sehingga situs sejarah ini yang menjadi pemantik masyarakat untuk berkunjung ke Wakatobi.
“Kita kesini dilayani dengan baik oleh kader-kader IMM Wakatobi untuk berkunjung ke tempat wisata salah satunya di benteng Keraton Liya. Saya dari Kader IMM Kendari sangat bersyukur berkunjung kesini,” ucapnya.
Dia juga mengungkapkan kesan terbaiknya disini tentang kebersamaan dan berkumpul kembali kader IMM Sultra dari berbagai daerah.
“Kita berkunjung kesini untuk menjalin silaturahmi dengan teman-teman IMM Wakatobi dalam rangka kegiatan Rakorda DPD IMM Sultra,” tutur Ketua Komisariat Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Kendari itu, Susy.
Benteng liya ini didirikan sekitar tahun 1200-an dengan sistem pertahanan 3 Lapis yang total luasnya 52,9 Ha.
Liya Tugu dalam bahasa lokal yang berarti “lubang kecil” yang menandai asal Kampung Liya.
Dalam pantauan media ini, di hadapan sisi kiri masjid, terdapat tempat pemakaman. Makam-makam yang berada di dataran paling tinggi Liya ini berbentuk tidak seperti bangunan makam pada umumnya.
Terlihat benteng ini terbuat dari susunan batu yang begitu rapi dan kokoh.
Menurut cerita masyarakat setempat Dikawasan keraton itu, terdapat sebuah mesjid tua yang diberi nama Mesjid Mubarok. Masjid itu usianya mencapai ratusan tahun itu.
Pada setiap sudut masuk kompleks benteng terdapat pintu masuk yang mirip seperti rumah panggung, masyarakat setempat sering menyebutnya dengan Lawa.
Diketahui, dahulu Benteng Keraton Liya dijadikan sebagai benteng pertahanan dari Portugis dan gangguan lainnya yang dapat merusak stabilitas Benteng Keraton Wolio sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Buton.
Penulis: Kariadi